Aceh Utara – Bupati Aceh Utara, H. Ismail A. Jalil, MM (Ayah Wa), memimpin langsung distribusi logistik darurat ke sejumlah titik pengungsian di tengah bencana banjir dan longsor yang melanda wilayah tersebut sejak lima hari terakhir. Banjir besar ini dipicu kedangkalan sungai, jebolnya beberapa tanggul, serta curah hujan ekstrem yang terus mengguyur kawasan itu tanpa henti.
Sejumlah sungai yang meluap, termasuk Krueng Pase, Krueng Peutou, Krueng Langkahan, Krueng Keureuto, Krueng Ajo, Krueng Nisam, Krueng Jambo Aye, dan Krueng Sawang, menyebabkan ribuan rumah, fasilitas umum, serta lahan pertanian terendam banjir dan lumpur.
Listrik dan Komunikasi Lumpuh Total
Situasi darurat bertambah parah dengan terputusnya jaringan listrik dan komunikasi di seluruh Aceh Utara. Internet dan layanan panggilan tak dapat digunakan, menghambat laporan keadaan darurat, koordinasi penyelamatan, hingga distribusi bantuan.
Status Tanggap Darurat Ditetapkan
Pemerintah Kabupaten Aceh Utara secara resmi menetapkan status Tanggap Darurat Banjir melalui Keputusan Bupati Nomor 360/845/2025 pada 25 November 2025. Logistik masa panik mulai disalurkan melalui kantor kecamatan ke titik-titik pengungsian.
Data Sementara Korban
Berdasarkan laporan BPBD Aceh Utara per Senin, 1 Desember 2025 pukul 15.36 WIB:
- Korban terdampak banjir: 50.772 KK (150.154 jiwa)
- Pengungsi: 31.179 KK (103.740 jiwa)
- Meninggal: 81 jiwa
- Hilang: 90 jiwa
- Lokasi pengungsian: 852 titik
- Kelompok prioritas: Ibu hamil 116 jiwa, balita 715 jiwa, lansia 713 jiwa, penyandang disabilitas 15 jiwa
Kerusakan Infrastruktur
Kerusakan akibat banjir dan longsor tercatat sangat luas, meliputi:
- Rumah rusak: berat 3.970 unit, sedang 12.685, ringan 15.890
- Tanggul jebol: 57 titik
- Jembatan rusak: 27 unit
- Sekolah rusak: 101 unit
- Jalan rusak: 48 ruas (39 berat, 9 sedang)
- Irigasi rusak: 8 DI dan 8 DIT
- Fasilitas pendidikan rusak: alat peraga 923 set, mobiler 1.751 set, TIK 1.720 unit, laboratorium 560 set, KIT IPA 1.651 set, serta 25.000 buku
Selain itu, 38.586 rumah, 12.783 hektare sawah, dan 10.653 hektare tambak terendam banjir dan lumpur.
Kebutuhan Mendesak
Pemerintah daerah menyampaikan kebutuhan paling mendesak meliputi:
- Logistik darurat dan kebutuhan khusus perempuan, anak, ibu hamil, balita, lansia, serta penyandang disabilitas
- Transportasi air seperti RIB/perahu karet untuk evakuasi dan distribusi bantuan
- Pemulihan listrik, komunikasi, air bersih, MCK, dan distribusi gas elpiji
- Alat berat untuk membuka akses daerah terisolir dan menormalisasi aliran sungai
Wilayah Masih Terisolir
Sejumlah kecamatan hingga kini belum dapat diakses:
- Langkahan
- Seuneddon
- Baktia
- Baktia Barat
- Pirak Timur
- Nisam Antara
- Samudera
- Lapang
- Sawang
Juru Bicara Pemerintah Aceh Utara, Muntasir Ramli, menyampaikan bahwa pemerintah terus mengupayakan percepatan evakuasi dan penyaluran logistik meski menghadapi kondisi lapangan yang sangat sulit.[*]
